" REGRETS"
Tubuh ini akan musnah pada waktunya. Apapun yang
terlihat oleh mata akan tiada. Tapi tidak untuk cinta. Cinta tidak bisa
dilihat, cukup dirasakan. Jadi kalau sekarang menangis, berarti kau mencintai
fisikku. Kalau kau mencintai hatiku, aku akan kekal bersamamu.
<><><><>
Aku hanya seorang gadis penyakitan yang
tidak bisa berbuat banyak hal. Aku tidak bisa mendapatkan apapun yang ku mau,
termasuk cinta. Sekarang, yang aku bisa hanya bertahan hidup,berjuang dan terus
berjuang untuk melawan penyakitku sebelum waktuku tiba.
Sendirian... Itulah yang kurasakan pertama
kali di hari yang seharusnya aku habiskan untuk berkencan.
"Aku bodoh! Yaa..bodoh, aku hanya bisa menerimanya tanpa
melihat hatinya. Dia.. Dia yang pertama kali menyatakan cinta, dan dia juga
yang mengakhiri hubungan ini. Yahh mungkin aku hanya sebagai pelarian"
gumamku sambil tersenyum pilu sewaktu mengingat saat nathan mengakhiri
hubungannya dengan ku.
"sebuah alasan yang pantas untuk membuatku patah
hati" gumamku lagi.
Penyakit.. Itulah yang selalu di
permasalahkan oleh orang-orang yang dekat dengan ku. Aku selalu merasa
kesakitan jika aku kelelahan. Yaa.. Penyakit kanker! Hanya penyakit sepele,
kenapa harus di permasalahkan? Apa ada yang salah? Aku hanya ingin merasakan
cinta sebelum aku benar-benar pergi dari dunia ini!. Aku sudah cukup sakit
merasakannya, apalagi di tambah penyakit kanker ku ini. Semoga saja pengalaman
pahitku ini tidak terulang pada orang lain.
Untungnya aku bertemu dengannya, bertemu
dengan seseorang yang berhasil membawaku ke kehidupan asliku. Perlahan-lahan
aku mulai tidak ingat kalau aku mempunyai penyakit mematikan. Aku bertemu
dengannya di malam itu,
*flashback*
Malam tahun baru ini seharusnya menjadi malam
yang paling indah. Jalanan di penuhi oleh orang-orang yang sibuk membeli
perlengkapan untuk menyambut malam tahun baru. Aku berdo'a juga di taman ini,
bukan hanya untuk diriku tetapi untuk ibu, ayah dan... Nathan? Yeahh, aku
berharap aku bisa melupakannya.
Akupun melemparkan pandanganku ke
sekeliling taman untuk mencari teman untuk berbicara, namun hanya ada seseorang
pria yang terlihat hancur dan tak berdaya di sudut taman. Pakaiannya tidak rapi
lagi, kemeja yang di kenakannya sudah tampak kusut. Wajahnya begitu frustasi,
lalu pria itu menghampiriku dengan langkah sempoyongan, dia merangkulku dan ia
pun mulai berbicara padaku. Kemudian Dia menyapaku, dia mengulurkan tangannya dan memberitahukan
namanya dan akupun melakukan hal yang sama karena aku pikir dia orang yang baik. Aku dan dia mulai bercakap-cakap,
pembicaraan kita cukup nyambung dan aku merasa sangat nyaman dengan semua ini,
dan mungkin dia juga merasakan hal yang sama. Kita berbicara tentang banyak
hal, dari pembicaraan yang biasa sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk
bertanya tentang pakaiannya yang sudah tidak rapi lagi. Pria itu terdiam cukup
lama, sampai akhirnya aku meralat omonganku dan meminta maaf, namun dia segera
memotong pembicaraanku dan menceritakan semuanya padaku. Ternyata dia baru
putus dengan tunangannya yang rencananya akan menikah tahun depan.Dia
benar-benar hancur, itu terlihat dari cara dia menatapku.Sepertinya selama ini
dia tidak mempunyai teman untuk bercerita. Dan sungguh, aku bisa merasakan
sakit seperti yang ia rasakan.
Aku mengambil posisi duduk disampingnya dan mencoba menghiburnya
yang berubah menjadi kacau dan hancur.
*flashback end*
Disitulah awal aku bertemu dengannya dan
mengenalnya, juga mencintainya. Itu hal tolol bukan? Menyukai orang yang tidak
mungkin mencintai kita. Ahh.. Kisah ini memang terlalu sinetron.
Pertemuan secara tidak sengaja di taman membuat mereka
menjadi akrab
3 BULAN KEMUDIAN
Hujan deras sudah mengguyur kota sedari
pagi tadi, membuat jalanan sepi oleh pejalan kaki, mereka lebih memilih naik
bus ketimbang berhujan-hujanan. Kepalaku sangat sakit dan itu hampir membuatku
pingsan siang ini. Laras teman sekampusku menemaniku pergi ke rumah sakit. Beberapa
menit kemudian kami sampai di rumah sakit. Aku meminta laras untuk memanggilkan
dokter yang bernama andrian (andrian adalah dokter spesialis yang menangani
penyakitku), untuk sesaat laras tampak bingung namun laras langsung menuruti
permintaanku karena aku terlihat begitu kesakitan. Aku sungguh tidak bisa
menahan rasa sakit di kepalaku ini, apa benar kata dokter itu? Tingkat klimaks
dari penyakit ini adalah sakit kepala?
"Nicky". Aku mendengar seseorang memanggil namaku,
namun aku tidak dapat melihatnya dengan jelas, aku seperti berada di suatu
tempat yang sunyi.
Diwaktu yang bersamaan rian terus
menghubungi Nicky, namun tidak ada jawaban dari nicky. Karena sudah beberapa
kali rian mencoba menghubungi nicky dan tidak mendapatkan respon, akhirnya rian
memutuskan untuk pergi ke tempat kostnya nicky. Ketika rian sampai di tempat
kostnya nicky, rian langsung mengetuk pintu rumah itu, namun tetap saja rian
tidak mendapatkan hasil apapun. Akhirnya rian memutuskan untuk kembali
menghubungi nicky esok harinya.
Keesokan harinya
Aku mencoba membuka mataku yang terasa
berat, aku melihat seseorang memakai baju putih di sampingku. "apa kau
sudah merasa baikan?" suaranya tidak terdengar asing di telingaku. Aku
menggosok mataku dan mencoba untuk melihat lebih jelas siapa pemilik suara itu.
Dia memberiku minum dan membantuku untuk duduk dengan kepala yang masih pusing,
namun tidak sesakit kemarin. Dan sekarang aku sudah bisa melihat dengan jelas
siapa pemilik suara itu, ternyata itu adalah suara milik andrian dokter yang ku
percaya.
"baiklah, aku langsung ke inti permasalahannya saja
ya". suaranya terdengar serius, berbeda dengan yang tadi. Aku sudah tau
dia pasti akan membicarakannya.
"sudah berapa lama aku tertidur?" aku mencoba
mengalihkan pembicaraannya
"sudah tiga hari" gumamnya."baiklah kembali ke
topik awal, aku ingin berbicara mengenai masalah...." belum sempat dia
melanjutkan kata-katanya lagi, aku sudah terlebih dahulu memotong
pembicaraanya. "temanku yang kemarin tidak tau kalau aku..."
"aku tidak memberitahunya. Nicky tolong dengarkan aku
dulu, aku belum selesai berbicara"
"apa aku boleh pulang?" aku pura-pura tidak
mendengar apa yang di katakannya
"Nickita Wulandari, tolong dengarkan aku!" ujarnya
dengan suaranya meninggi
"sebaiknya aku pulang saja dokter, aku harus
kembali..."
Kalau kau terus-terusan tidak mendengarkanku, KAU AKAN
MATI!". Kini aku tidak bisa berbicara lagi, rasanya seluruh tubuhku
menjadi beku dan tidak bisa di gerakkan sama sekali.
"Nicky, ini sudah stadium akhir". Suaranya kembali
pelan, hampir tidak terdengar. Dia memelukku yang seperti patung, tidak
bergerak sedikit pun dan hanya mengeluarkan air mata.
"jalan terakhir adalah kemo, kalau tidak... Maka
semuanya akan terlambat"
Sekarang apa yang harus aku lakukan? Kenapa semua ini
terjadi padaku? Dulu ayah meninggal karena penyakit yang sama denganku, dan
sekarang apa aku harus menyusulnya juga?
"Nicky, kankermu ini sudah menyebar ke bagian mata,
telinga, kelenjar leher dan sekarang otakmu" suara dokter andrian begitu
lirih.
"A...aa..aaku butuh waktu untuk semua ini dokter"
ujarku dengan suara bergetar
Setelah beberapa kali aku memaksa dokter
andrian, akhirnya aku bisa kembali pulang ke tempat kost dengan keadaan yang
lemah seperti ini. Begitu banyak pesan yang masuk di ponselku. Apakah aku harus
mengakhiri hidupku dengan kemo atau... Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kost
ku ketika aku hendak mengambil keputusan penting dalam hidupku. Rian? Ya
sekarang pria itu berdiri di depan ku, wajahnya terlihat begitu khawatir.
"kamu enggak apa-apa?" tanyanya
"aku baru aja pulang dari rumah sakit" ujarku lalu
mempersilahkannya masuk
"kamu sakit? Aku menelpon dan datang kemari selama
beberapa hari ini, tapi kamu nggak ada, aku pikir sesuatau yang buruk telah
menimpamu"
Sesuatu yang buruk telah lama menimpaku Rian
"aku hanya demam biasa, tapi dokter melarangku untuk
pulang dan mengharuskanku untuk beristirahat di rumah sakit selama beberapa
hari" ucapku dengan penuh kebohongan.
"kamu yakin hanya deman?". Sepertinya dia tidak
begitu percaya dengan apa yang aku katakan.
"tentu saja, oh iya ada apa kamu nyariin aku selama
beberapa hari ini?". Aku mencoba membawanya ke topik yang lain dan
tampaknya itu berhasil.
"ahh itu.. Aku hanya ingin bertemu denganmu dan
berjalan-jalan denganmu"
Bersamaku? Hmm baiklah" ucapku lalu tersenyum
Satu minggu kemudian
Saat itu adalah saat terakhir kalinya aku
berbicara padanya dan sekarang dia sudah kembali pada tunangannya, kini itu
semua hanya tergambar dalam setiap ingatanku. Dan perasaan ini sudah terlanjur
menggerogoti setiap relung hatiku, kenapa harus dia yang ku cintai? Padahal dia
hanya menganggapku sebagai sahabatnya. Apa yang harus aku lakukan Tuhan? Di
saat hidupku sudah tidak lama lagi, dia saat itu pula hatiku benar-benar ingin
memilikinya. Aku hanya ingin waktu berhenti sejenak untuk mengingat masa-masa
yang sudah aku lalui bersamanya, sentuhan tangannya, bisikannya, perhatiannya,
senyumannya dan suaranya yang seakan menyanjung diriku dan menerbangkan setiap
rasa sakit yang aku rasakan. Namun, sekarang semuanya terasa kosong, semua
kenikmatan yang pernah aku rasakan perlahan-lahan mulai menghilang.
Jalanan sudah sepi saat aku berjalan
seorang diri menelusuri setiap sudut tempat tinggalku yang tidak jauh dari kota.
Aku menggosok telapak tanganku yang begitu dingin. Aku memberhentikan langkahku
di sebuah gerai makanan yang terlihat ramai di penuhi orang-orang yang pulang
kerja larut malam, aku memesan kopi hangat kemudian aku duduk di salah satu
meja yang hanya satu-satunya kosong. Tidak butuh waktu lama, seorang waiters
dengan wajah yang ramah mengantarkan pesananku. Aku menyesap pelan kopi panasku
dan mencoba menikmati sisa hidupku yang tinggal sedikit. Beberapa hari yang
lalu saat selesai kemo, dokter andrian menemuiku dan tanpa basa-basi dia
mengatakan kalau hasil kemo ku selama beberapa bulan terakhir tidak mengalami
kemajuan dan itu tandanya waktuku hampir tiba.
Tanpa sepengetahuan nicky, perasaan rian
pada tunangannya sudah berubah. rian tidak lagi mencintai tunangannya dan rian
juga sudah mengakhiri hubungannya, yang ada di kepala rian saat ini adalah
nicky. rian sangat ingin bertemu dengan nicky dan mengutarakan semua perasaanya
pada nicky.
Waktuku tinggal sedikit, rasa sakit ini
sudah menggerogoti seluruh tubuhku hingga aku tidak mampu lagi berjalan. Kini
hari-hariku harus ku lewati dengan hanya berada di kursi roda. Aku memilih
tinggal di rumah sakit, tanpa ada keluarga di sampingku. Aku tahu mereka sibuk
dengan bisnis mereka jadi aku tidak mau membebani pikiran mereka. Hanya saja dokter
andrian sudah memberitahu Laras sahabatku tentang kondisiku beberapa hari
sebelum aku memutuskan untuk tinggal di rumah sakit hingga waktuku tiba, dan
itu benar-benar membuatnya terpukul sekaligus marah padaku karena aku tidak
memberi tahunya tentang keadaanku yang sebenarnya dari awal.
Di waktu yang bersamaan, rian segera pergi
ke tempat kostnya nicky, namun ketika ia sampai di tempat tujuan, perasaan
kecewa itu pun ada karena rian tidak mendapati nicky. Tanpa berfikir panjang
akhirnya Rian langsung bertanya pada seorang wanita yang merupakan pemilik dari
kost'an nicky, dan bibi itu bilang bahwa nicky ada di rumah sakit karena
penyakitnya semakin parah, bibi itu juga mengatakan bahwa sekarang nicky sudah
lumpuh. Mendengar jawaban dari sang bibi, tubuh rian lemas dia masih tidak
percaya dengan perkataan sang bibi, rian segera pamit pada bibi itu kemudian
pergi ke rumah sakit dengan langkah terburu-buru."aku benar-benar tidak
percaya dengan apa yang aku dengar dari bibi itu. Nicky sakit kanker? Dia
lumpuh? Ah, mungkin bibi itu salah dengar. Nicky yang aku kenal begitu sehat
dan ceria, jadi mana mungkin dia sakit" batin Rian.
Namun perkataan bibi itu terbukti setelah
dia bertemu dengan sosok wanita kurus dan pucat memakai topi sedang duduk di kursi roda ketika
ia masuk ke dalam kamar berwarna biru. Perasannya hancur, yang hanya dapat dia
lakukan adalah memandang sendu wanita yang pernah menyelamatkannya dari
keterpurukan, wanita yang selalu mebuatnya tersenyum dan wanita itu pula yang
menyadarkan perasaannya padanya.
"rian? Kenapa kamu bisa ada disini?" ucapku lirih.
"nicky...kamu sakit? Kenapa kamu bohong?" ucap rian
lalu menitikkan air mata.
"aku tidak apa-apa, kamu nggak perlu khawatir"
ucapku lagi.
"jangan membohongiku nicky" ucap rian tersedu-sedu.
"aku baik-baik aja" ucapku dan mencoba tersenyum.
"jangan tinggalkan aku nicky, ku mohon! Jangan
tinggalkan aku, aku mencintaimu. Bertahanlah nicky! Bertahanlah!" tangis
rian mulai menjadi.
Akupun mencoba untuk memegang tangannya "Rian, tubuh
ini akan musnah pada waktunya. Apapun yang terlihat oleh mata akan tiada. Tapi
tidak untuk cinta. Cinta tidak bisa dilihat, cukup dirasakan. Jadi kalau
sekarang menangis, berarti kau mencintai fisikku. Kalau kau mencintai hatiku,
aku akan kekal bersamamu."
Rasa
sakit ini tidak dapat kutahan lagi, aku tidak bisa berpura-pura lagi menutup
rasa sakit ini. Aku ingin semua orang yang kucintai berada di sampingku saat
aku ingin pergi..Memelukku dan mengucapkan kata perpisahan padaku. Tapi hanya
dia yang berada disisiku. Mungkin ini yang dinamakan, ‘jika ada pertemuan, maka
ada perpisahan’. Cintaku padamu tidak akan pernah mati walau tubuhku sudah
mati.
Di saat aku menatap mu dan kau juga
menatapku, aku ingin momen ini terhenti. Ya tehenti, aku berharap hanya ada
kita berdua. Di saat aku sedang berjuang melawan rasa sakit ini, di saat itu
pula dia datang. Aku berharap aku tidak akan pergi agar aku bisa bersamanya.
Namun aku benar-benar tidak sanggup, rasa sakit ini sungguh membuatku menyerah.
Maafkan aku rian, maafkan ku.
**********
Akhirnya pemakaman
selesai, orang-orang memakai baju serba hitam. Orang-orang itu menangisi
seseorang yang telah tiada. Seorang laki-laki masih bertahan disana dan menatap
ukiran batu nisan yang namanya tidak asing baginya. Di elus-elusnya batu nisan
itu seperti ia mengelus seseorang. Ia tersenyum dan sesekali menghapus air mata
yang keluar tanpa persetujuannya. Ia berlutut di depan gundukan tanah yang
mengubur seseorang dan terus menangisi keadaan. Mentari seolah
terkubur. Rian melihat tetes demi tetes air menghujam bumi. Rian terdiam menikmatinya
dengan hati seperti tertikam sebilah pisau. Kini nicky sudah pergi meninggalkannya
untuk selama-lamanya.
"Seandainya aku
bisa memutar waktu, aku ingin kembali ke masa lalu dan menjagamu. Tapi kini
hanya sesal, kecewa, dan sedih yang ku dapat. Aku hanya bisa menyesali
kebodohan yang sudah aku lakukan, Yaitu meninggalkanmu, maafkan aku" Desis rian.
#SELESAI#
0 Komentar